Jano terkejut, di jalan sepi tak jauh dari sekolahnya, seorang lelaki berkacamata hitam menghadangnya.
“Ada kabar buruk Dik. Ayahmu sakit.parah,
Sekarang ada di rumah sakit. !”Lelaki jangkung itu bersikap sopan sekali pada Jano.
Jano terkejut. Tentu saja, tadi
pagi ayahnya segar bugar. Jano merasa cemas pada ayahnya. “Bapak siapa ?” tanya
Jano. Ia tak pernah bertemu orang itu.
“Saya Om Joko, teman ayahmu.Sekarang
ikut denganku ke rumah sakit. Ayahmu ingin sekali bertemu denganmu. ”
“Tapi Om ?” Jano ragu. Ia tak
boleh pergi bersama orang asing. Itu pesan ayah yang selalu diingatnya. Tapi
lelaki jangkung itu tampak kehilangan kesabaran.
“Sudah,
jangan banyak tanya. Kau masih ingin melihat ayahmu kan ?” kali ini suaranya
membentak. Jano berdebar-debar. Ia mulai was-was. Akal sehatnya mulai bekerja. Jangan-jangan
orang ini jahat. Jano berniat lari tapi…
“Mau kemana,” lelaki itu mencengkeramnya.
Jano kesakitan. Laki-laki itu menarik
tangan Jano menuju sebuah sedan hitam.
“Lepaskan aku… lepaskan !” Jano meronta. Ia berteriak tapi percuma
saja karena jalan itu benar-benar sepi.
“BRUK !” Lelaki itu mendorong Jano ke jok
belakang lalu menutup pintunya. Duduk dibelakang kemudi, seorang lelaki gemuk.
“Nih dik, permen buat kamu !” lelaki
gemuk itu tersenyum riang padanya sambil melemparkan beberapa biji permen ke
jok belakang. Meskipun si pengemudi mobil itu bersikap ramah Jano ketakutan.
Apa yang diinginkan orang-orang ini?
Tiba-tiba jantung jano serasa berhenti
berdetak. Astaga …aku diculik !!? pikirnya seketika. Sudah sering ia mendengar berita penculikan
bocah sepulang dari sekolah. Dan saat ini ia yang mengalaminya. Dan itu berarti
kabar tentang ayahnya yang sakit adalah bohong !
Jano ingin menangis. Apalagi saat lelaki
jangkung itu menelpon seseorang. Itu suara ayah Jano. Ayah Jano tampak panik di
telepon.
“Tenang Jano, percuma menangis. Berpikirlah
supaya lolos !” pikir
Jano.
Jano mulai
berpikir. Pura-pura sakit perut.Minta berhenti di toilet umum. Lari kalau ada
kesempatan. Bisa dicoba ! pikirnya.
“Om sakit perut. Mau ke kamar mandi.” Jano pura-pura
merintih.
“He he… mau lari yah. Tipuan kuno
!” kedua lelaki itu tertawa mengejek.
“Uh !” Jano kesal. Upaya
pertamanya gagal. Apalagi nih ?
Jano ia melihat keadaan di luar jendela. Ia
tahu di mana mobil berada saat ini. Di
jalan Martapura ! Jano ingat , di ujung jalan Martapura ada lampu merah. Daerah
itu selalu macet. Mobil harus berhenti
agak lama, sebelum bisa berjalan kembali. Jano ingin memanfaatkan keadaan itu.
Bagaimana caranya.
Jano mendapat akal. Ia dengan sangat hati-hati
ia mengambil spidol dari dalam tasnya. Gemetar
ia menulisi telapak tangan kirinya dengan huruf yang besar- dan tebal : . TOLONG
! AKU DICULIK !”
“Hey sedang apa !”bentak lelaki jangkung saat Jano menunduk lama di jok belakang.
“Sakit perut om!” jawab Jano
dengan suara gemetar.
“Dasar pembohong !” laki-laki itu
membentak lagi. Jano lega, lelaki itu
tak mencurigainya.
Saat yang ditunggu Jano. Mobil berhenti
di lampu merah. Di samping sedan hitam merambat banyak kendaraan yang bersiap
untuk berhenti. Sebuah sepeda motor berhenti tepat di bagian tempat Jano berada.
Jano cepat
menempelkan telapak tangan kirinya di kaca mobil. Ia berharap pengemudi motor
itu membaca pesan di tangannya. Tapi orang itu tak melihatnya. Jano tak putus
asa. Ia terus menempelkan telapak tangannya di kaca. Ia berhati-hati agar tak dicurigai oleh kedua penjahat itu.
Kali ini sebuah sepeda motor
berhenti. Seorang bapak membonceng seorang anak lelaki berseragam sekolah. Anak
itu sebaya Jano. Jano berharap anak itu melihatnya di balik kaca.“Ayo lihat
sini… bacalah… bacalah !” desahnya memohon.
Jano
tak tahu persis apa yang terjadi. Anak itu tiba-tiba gugup. Ia menepuk pundak
ayahnya lalu menunjuk-nunjuk ke samping. Jano memekik. Ia yakin anak itu
membaca pesannya.
Oh tidak ! Lampu hijau menyala. Mobil
sedan hitam bergerak. Motor itu
tertinggal di belakang. Jano sangat sedih. Ia gagal lagi.
“Tuhan tolong aku,” doanya tanpa henti.
Jano mulai putus asa. Namun beberapa saat kemudian, terdengar bunyi
sirine. Dua mobil polisi mendekat dengan cepat,
memotong jalan mobil sedan hitam.
Ciit! mobil sedan hitam berhenti mendadak. Empat polisi mengepung. Kedua penjahat panik, tak berkutik. Mereka tertangkap tangan menculik seorang anak yang baru pulang dari
sekolah.
Seorang
polisi membuka pintu samping. Jano senang sekali. Ia cepat keluar dari mobil
penculik itu.
“Terima kasih Pak Polisi,” kata
Jano.
“Seorang anak membaca pesan di
tanganmu. Hebat, kau anak yang cerdik !”
puji pak Polisi sambil menepuk bahu Jano.
Jano merasa lega dan bangga. Ia
ingin segera pulang dan bertemu dengan
orang tuanya. Siang ini Jano mendapat pengalaman yang berharga. Satu hal
yang ingin disampaikannya pada teman-temannya. Jika diculik, jadilah anak yang cerdik !