Tuesday, February 9, 2010

Penggaris Yang Patah

Bu Auli belum datang !  Riko memastikan hal itu dengan melihat lorong kelas yang sepi. "Asyik, kesempatan nih !"serunya senang. Ia kembali ke bangku. Mengeluarkan tas kain yang ditaruhnya di bawah bangku. Toni kawan sebangku Riko geleng-geleng kepala. Ia tahu apa isi tak kain itu.
"Jangan Rik !" Toni memperingatkan. Tapi Riko tak mendengarkan. Ia terus saja membuka ikatan tas kain itu dan mengeluarkan sepasang sepatu roda. Dengan cepat Riko mengganti sepatu hitamnya dengan sepatu roda. Kemudian dengan sekali hentak ia sudah berdiri tegak di atas sepatu rodanya.
"Asyiiiik !" Riko meluncur. Melewati sela-sela bangku yang  sempit. Riko sangat mahir berrmain sepatu roda. Makanya iatak kesulitan ketika harus melewati jalan yang sempit. "Minggiir !" teriaknya pada anak-anak yang menghalangi jalannya. Suasana kelas jadi heboh. Anak-anak protes tak suka dengan tindakan Riko.
"Berhenti Rik. Kulaporkan Bu Guru nanti." Ancam Kiki, ketua kelas.
Riko mencibir.
"Iya nih mengganggu saja. Main di luar sana biar dimarahi kepala sekolah."tambah Devi.
"Suka-sukaku…"Riko malah meledek.
"Rik jangan gitu dong !" teriak Alfa saat Riko iseng menarik pensil yang sedang dipakai Alfa." Nih tangkap !" Riko melempar kembali pensil itu ke arah Alfa. Anak-anak akhirnya memilih tak menggubris kelakuan Riko. Mereka membiarkan saja anak yang suka bikin ulah itu sibuk dengan sepatu rodanya. Suasana kelas jadi ramai karena anak-anak ngobrol sambil menunggu kedatangan Bu Aulia yang terlambat hampir 10 menit.
Beberapa anak bergerombol di bangku Rini. Rupanya Rini memiliki sesuatu yang menarik perhatian teman-temannya.
"Wah bagus sekali Rin." Kata Sinta
"Iya. Kalau kau gerak-gerakkan gambarnya bisa berubah." Rini menggerak-gerakkan sebatang penggaris di tangannya. Mula-mula penggaris itu bergambar lima negara asean, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailan. Ketika penggaris itu dimiringkan sedikit ke atas gambarnya jadi terlihat seperti bergerak-gerak.
"Wah penggarisnya ajaib !" Rani kagum "Kau beli di mana ? Pasti mahal  kan ?" Rini tersipu. "Nggak mahal kok. Aku beli tiga ribu rupiah, di toko kecil dekat pasar."
Tiba-tiba dari kerumunan anak muncul wajah Riko. Rupanya Riko tertarik dan mendorong anak-anak yang bergerombol agar memberi jalan untuknya.
"Apaan Rin ?" tanya Riko.
"Penggaris !" jawab Rini. Ia hendak memasukkan kembali penggaris itu ketika Riko menyatakan ingin meminjamnya. Rani dan Vivin memberi isyarat agar Rini tak meminjamkan penggarisnya pada Riko.
"Sebentar saja." bujuk Riko. Rini bingung. Ia sesungguhnya tak keberatan meminjamkan penggaris itu pada siapa saja. Tapi pada Riko…
"Baiklah, tapi segera kembalikan ya."kata Rini disambut pekik senang Riko. Sebentar kemudian Riko sudah mengacung-acungkan penggaris Rini sambil berputar-putar di depan kelas. "Penggaris bagus nih, siapa mau lihat …!" teriaknya tapi anak-anak tak menggubris. SWING ! Riko meluncur dari sisi dinding yang satu ke sisi lainnya di depan kelas. Rini cemas memperhatikan kelakuan Riko itu. Ia cuma bisa menunggu sampai Riko mengembalikan penggaris itu padanya. Pintu kelas dibuka. Anak-anak hening seketika.  Riko yang saat itu posisi badannya sedang membelakangi pintu takl melihat Bu Aulia yang telah berdiri di pintu. Sewaktu membalikkan badan, Riko sangat terkejut. Mata bu Aulia yang memadangnya tajam, membuat ia kehilangan keseimbangan. BRUKK ! Riko menabrak papan tulis.  Badannya oleng. Tangan kanannya terlebih dahulu mengenai lantai. Penggaris yang berada digenggamannya menghantam lantai dengan keras. KLEK ! seisi kelas medengar suara itu.
Malam sudah larut .Mata Riko mengantuk sekali. Tapi ia tak bisa tidur. Ia cemas memikirkan hari esok. Tadi di sekolah Bu Aulia menghukumnya karena main sepatu roda di dalam kelas.  Sewaktu ia menerima hukuman menulis 100 kali, teman-teman bersorak. Tak ada seorangpun yang bersimpati pada Riko. Diam-diam Riko merasa terkucil. Tapi bukan hal itu yang paling merisaukannya. Hari ini ia telah membuat penggaris Rini patah. Riko ingat, selama ini Rini adalah anak yang paling baik pada Riko di kelas. Tidak peduli seberapa sering ia mengganggunya Rini tetap baik.
"Duh seharusnya aku tak melakukannya pada Rini !" sesal Riko. "Aku harus mengganti penggarisnya yang patah !"
Keesokan harinya sebelum berangkat ke sekolah.
"astaghfirullah, Riko kau mematahkan penggaris milik temanmu ?" ibu tampak marah.
"Iya bu." Riko tak berani memandang mata ibu. Ia mendengar ibu menyebut kembali daftar panjang kesalahannya dengan kepala tertunduk.
"Dulu kau merusakkan mobil remote Hindun, sebulan yang lalu, ibu harus mengganti kacamata Pak Joni yang pecah karena kau tabrak sewaktu main sepatu roda. Minggu lalu, guci tante Endah kau pecahkan, sekarang…"
"Maafkan Riko Bu. Riko minta uang buat mengganti penggaris itu. Nggak mahal kok Bu cuma tiga ribu rupiah."
Ibu geleng-geleng kepala.
"Ayolah Bu, sekali ini saja. Aku janji nggak akan menyusahkan ibu lagi." Riko merajuk. Ia mulai mengeluarkan  senjata andalannya. Riko yakin Ibu akan memenuhi permintaannya pada akhrinya. Tiba-tiba ibu berkata."Riko kau bilang harga penggaris itu cuma tiga ribu saja."
"Benar Bu. Murah kan. Ayo Bu minta uangnya yah." Mata Riko berbinar-binar. Tapi ibu malah melanjutkan kata-katanya dengan serius.
"Karena harganya cuma tiga ribu, maka…ibu memintamu menggantinya dengan uangmu sendiri."
"Bu !" Riko terperanjat.
"Sebagai sanksinya ibu akan memotong uang sakumu dari seribu rupiah menjadi lima ratus rupiah saja selama 1 minggu."
"Tapi Bu aku tidak akan  bisa mengganti penggariss itu kalau ibu memotong uang sakuku."
"Kenapa tidak, kalau kau bisa berhemat, paling cepat dalam 6 hari kau akan bisa mengumpulkan uag tiga ribu rupiah."

Riko jera membawa sepatu roda kesekolah. Ia tak mau semakin dijauhi teman-temannya. Apalagi teman-temannya masih sering membicarakan peristiwa patahnya penggaris Rini dan meyalahkan Riko.
"Rini." Riko mendatangi bangku Rini."Maafkan aku ya." Ujar Riko mengagetkan Rini. 
"Kau masih marah padaku ya ?" tanya Riko melihat Rini tak bereaksi.
"Kau tahu Riko. Aku mesti menabung selama sebulan supaya bisa membeli penggaris itu. Uang sakuku tidak seberapa. Aku hanya bisa menyisihkan seratus rupiah setiap hari."
"Maaf deh Rin. Aku janji akan menggantinya."
"Kau akan minta uang orang tuamu kan ?"
"Tidak aku akan mengganti pakai uangku sendiri tapi beri aku waktu beberapa hari ya."  Tegas Riko.
"Sungguh ?" mata Rini bercahaya, terbayang akan segera mendapat penggarisnya lagi. "Iya. Aku janji."