Tiyok berangkat naik
angkot. Di angkot seorang bapak membaca
koran. Headline pagi itu adalah gempa di Sumatra Barat. Yah akhir-akhir ini memang
sering terjadi gempa di beberapa wilayah Indonesia.
Tiyok tiba di sekolah.
“Wah, jaketmu keren
amat Yok, ” puji Andi
“Beli di mana Yok ?”
kata Wily.
Tiyok senyum-senyum saja di kulum. Uh,
rahasialah !
Bel berbunyi. Terpaksa
Tiyok melepas jaketnya, Tidak boleh memakai jaket di dalam kelas. Bu Ninda, masuk
kelas. Beliau bersama dua lelaki. Seorang bertopi, seorang lagi berkacamata.
Yang bertopi, Pak Arya. Yang berkacamata namanya Pak Haris. Anak-anak pun berbisik-bisik.
Bu Ninda memperkenalkan
siapa itu Pak Arya dan Pak Haris. Mendengarnya anak-anak terdiam. Kelas sunyi
saat Pak Arya berbicara.. Anak-anak tegang.
Tak ada yang ingin melewatkan perkataan Pak Arya sedikitpun.
Tiba-tiba….
“GEMPAAA !”Pak Arya
berteriak panik. Tubuhnya goyang-goyang. Anak-anak kebingungan. Wajah
mereka tegang.
“Jangan
panik, keluar kelas bergantian!” Bu
Ninda berteriak pula. Tapi
anak-anak tak bisa tenang. Berlari ke
pintu lalu berdesakan. Tiyok pun
demikian. Tiyok berhasil keluar dari
kelas. Tapi beberapa temannya masih berada di dalam kelas. Terdengar teriakan
dari dalam kelas
“Awas atap mau runtuh. Berlindung di bawah meja !”
teriak Pak Arya. Anak-anak di dalam ruangan segera berlindung di bawah meja.
Mereka melindungi kepala mereka dengan tas, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pak Arya.
Sementara itu Tiyok makin
jauh berlari meninggalkan kelas. Dia bersama Pak Haris dan beberapa temannya.. “Perhatikan jalan.
Hindari tanah merekah, jauhi tiang listrik dan gedung tinggi…, teriak Pak Haris
parau.
Tiyok berlari kencang.
Hatinya berdebar-debar. Namun mendadak ia ingat sesuatu.
“Jaketku jaketku, Pak,” teriak Tiyok panik. Ia balik kanan
untuk kembali ke kelas.
“Tidak boleh kembali ke sana. Berbahaya ! Keselamatan jauh lebih
penting dari sebuah jaket !” tahan Pak Haris
Tiyok menangis. Ia bergabung dengan teman-temannya di
lapangan sekolah sambil mengaduh,… Jaketku…jaketku ! Tapi…hey, ada apa ini ?
Tiyok heran. Semua anak memandangnya
geli.
Sedetik kemudian, “Hua..ha…ha !” anak-anak
menertawakan Tiyok.
“Tiyok…ini kan cuma
latihan gempaaa…!” seru Wily mengagetkan Tiyok. Wajah Tiyok merah padam.
Anak-anak berkumpul di
lapangan. Pak Arya dan Pak Haris berada di antara guru dan kepala sekolah.
“Anak-anak, Bapak puas
dengan kegiatan kita kali ini. Negeri kita berada di kawasan rawan gempa. Kita
tak boleh menjadi takut karenanya. Kita hanya perlu waspada, dan sering
melakukan kegiatan simulasi gempa seperti ini, ” kata kepala sekolah. Kepala
sekolah lalu berterima kasih kepada Pak Arya dan Pak Haris.. Mereka adalah
petugas dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Kehadiran mereka di
sekolah Tiyok adalah untuk melatih anak-anak menghadapi gempa.
Sebelum acara berakhir
petugas BMKG itu mengingatkan kembali beberapa tip menghadapi gempa. Antara
lain : hindari tempat beratap. Sebisa mungkin keluar dari gedung. Jangan
kembali untuk mengambil tas atau lainnya. Bila tak sempat keluar, berlindung di
bawah meja, atau merunduk di samping dinding. Jika di berada di luar perhatikan
langkah kaki. Hindari rekahan tanah, tiang listrik dan gedung tinggi.
Anak-anak kembali ke
kelas. Tiyok jadi bahan ledekan karena ulahnya tadi. Tiyok malu sekali. Yah,
mau bagaimana lagi. Simulasi gempa tadi menegangkan sekali. Tiyok sampai lupa
kalau itu cuma latihan. @@@