Friday, December 16, 2011

Huu Charli huu....!!

Hai, aku Charli. Aku punya sebuah pengakuan. Aku adalah si pengacau di kelas. Nakal, bandel, jahil, begitu deh teman-teman mengataiku. Bangkai cicak, kecoak, ulat bulu kutaruh ke laci meja Vinza si penakut.  Pensil Edo, penggaris Samy, buku Lala, kupinjam, tapi aku ogah mengembalikannya. Klek! Rubik Ilham kupatahkan. Ciatt…! Sebelah sepatu Yanyan masuk  selokan, kena tendangan mautku. Yanyan harus beli sepatu baru gara-gara peristiwa itu.  “Hahaha..Asoyy..!Aku girang sekali setiap sukses berbuat jahil. Teman-teman jelas tak suka padaku. Tapi pede aja lagi. Badanku kan gede. Wuihh, bangganya jadi jagoan kelas.  Kebiasaanku lainnya adalah, nyontek, pinjam PR teman dengan paksa dan berisik saat guru mengajar.
Aduh, kau pasti tak suka padaku. Tunggu,  dengarkan dulu! Semua hal itu sudah berlalu. Sekarang aku sudah berubah.  Jika Pak Dede wali kelasku akan  pensiun jadi guru. Aku juga pensiun. Pensiun jadi si pembuat onar. Cuma,  ada masalah besar. Tak ada  yang mau percaya padaku !

“Achhh!” Vinza menjerit sambil menunjuk laci mejanya. Anak-anak merubungnya dan menemukan ular-ularan karet. Serempak semua berteriak sambil melihat ke pojok kiri belakang. Di sana aku duduk bersama Noi, si  murid baru.
“Charliii !”
 “Loh Bukan aku, “aku terkejut dan cepat-cepat  membela diri.
“Charli super jahil, jangan bohong !” seru Tari sengit.
“Siapa lagi. Kamu pernah masukin ulat bulu ke laci  mejaku!” jerit Vinza.
“Ya..t ttapi tapi…!”
“Huu..Charli huu !” anak-anak berteriak ramai.
 “Ngaku saja Charli, “bisik Noi sambil nyengir. Matanya berkedip kedip nakal.
“Huh, bukan aku, mana bisa aku mengakuinya.”keluhku. Jujur,  aku memang tidak memasukkan ular-ularan ke laci Vinza kok !
“Hey mana bolpoinku !” tiba-tiba Edo yang duduk di depanku berteriak panik. Bolpoin oleh-oleh pamannya dari Hongkong lenyap. Edo langsung membuatku terkejut “Charli  ayo kembalikan !”
 “Jangan menuduh sembarangan !” jawabku cepat.
“Halahh ngaku saja,” Riki teman sebangku Edo ikut-ikutan.
“Cepat kembalikan ,  kalau tidak, aku lapor Pak Dede,  ” ancam Edo.
“Kembalikan saja Charli,” lagi-lagi Noi ikut nyeletuk sambil nyengir. Huh anak ini,  kelihatannya  senang sekali aku dituduh seperti itu.
“Aku tidak mengambilnya, sungguh ! Periksa tasku kalau tidak percaya !” Aku  menyorongkan tasku.
“Uh tidak percaya, bolpoinku pasti kau sembunyikan di tempat lain !”
“Ya sudah kalau tidak percaya !” Aku kesal.
 Bel istirahat berbunyi. Teman-teman tetap di kelas. Ada hal istimewa yang akan terjadi di kelas  6C setelah istirahat nanti, yaitu acara perpisahan dengan Pak Dede wali kelas kami tercinta. Aku ikut menghias kelas. Hasilnya lumayan indah.
“Charli, jangan  bikin onar di perpisahan Pak Dede ya!” tegas Tio ketua kelas.
 “Iya, jangan  bikin ulah !” timpal Yanyan.  
“Tenang, tidak akan terjadi apa-apa kok!” Aku yakin sekali. Yakin dong. Si pembuat onar kan sudah pensiun he..he..
 Tet…! Bel masuk berbunyi. Pak Dede  muncul. Beliau terharu melihat ruang kelas berhias indah. “Terima kasih, Bapak sedih sekaligus bahagia hari ini. Ternyata kalian semua adalah murid yang baik.”
Pak Dede lalu duduk di kursi. Sekonyong-konyong Pak Dede  terkesiap. Astaga ! Ada  permen karet menempel di kursi. Celana Pak Dede kena permen karet. Kelas gaduh. Semua anak terkejut. Aku panik. Ya ampun, siapa sih yang berani jahil di kelas ini ?  Seingatku, tak ada anak lain yang suka iseng selain aku. Duh gawat, bisa-bisa aku dituduh lagi.  Tiba-tiba,
“Huuu.. Charlii.. huuu !” anak-anak berteriak marah sambil menatapku.
“Loh..ttidak.. tidak, bukan !” aku tergagap-gagap membela diri.
“Charliii ! Aku kan sudah mengingatkan kamu,” Tio jengkel.
“Charli, kamu bukan temanku lagi!” bentak Yanyan.
“Huuu.. Charlii.. huuu !” teriakan memenuhi kelas.  Mataku berkaca-kaca.  Syukurlah Pak Dede mampu menenangkan  teman-teman. Acara berakhir sukses meski agak tegang. Di akhir acara Pak Dede memanggilku ke ruang guru.
    “Charli, Bapak tahu kau banyak berubah akhir-akhir ini. Jadi Bapak yakin  kau tidak melakukannya.”
    “Terima kasih  Pak, tapi cuma Bapak yang percaya padaku,”kataku putus asa.
    “Tidak mudah mendapatkan kepercayaan lagi setelah banyak hal buruk yang kita perbuat, Charli. Tapi jangan putus asa. Teruslah berbuat baik. Berjuanglah untuk nama baikmu dengan cara mencari siapa pelaku sebenarnya.”
   Yah…benar ! Itu yang harus kulakukan !”pekikku.
   Dengan penuh semangat aku kembali ke kelas. Mulai hari ini akan kucari siapa si jahil itu. Di pintu kelas Noi menyambutku sambil cengar-cengir. Noi ?! Dia baru pindah 2 minggu lalu. Sejak dia datang ada saja kejadian buruk di kelas. Hey kenapa tidak terpikirkan olehku? Yah, Noi layak dicurigai.  Oke, penyelidikan akan kumulai dari dia.  Doakan aku ya teman-teman. *** yuli anita



Sunday, November 13, 2011

Gempa dan Jaket Tiyok

         Penampilan Tiyok oke sekali pagi ini. Ia memakai jaket baru yang sangat keren.  Tiyok berangkat sekolah dengan riang. Jaket barunya itu membuatnya cara berjalannya beda. Tiyok ingin memamerkan jaket barunya pada teman-temannya.
Tiyok berangkat naik angkot. Di angkot seorang bapak  membaca koran. Headline pagi itu  adalah  gempa di Sumatra Barat. Yah akhir-akhir ini memang sering terjadi gempa di beberapa wilayah Indonesia.
 Tiyok tiba di sekolah.
“Wah, jaketmu keren amat  Yok, ” puji  Andi
“Beli di mana Yok ?” kata  Wily.
  Tiyok senyum-senyum saja di kulum. Uh, rahasialah ! 
Bel berbunyi. Terpaksa Tiyok melepas jaketnya, Tidak boleh memakai jaket di dalam kelas. Bu Ninda, masuk kelas. Beliau bersama dua lelaki. Seorang bertopi, seorang lagi berkacamata. Yang bertopi, Pak Arya. Yang berkacamata namanya Pak Haris. Anak-anak  pun berbisik-bisik. 
Bu Ninda memperkenalkan siapa itu Pak Arya dan Pak Haris. Mendengarnya anak-anak terdiam. Kelas sunyi saat Pak Arya berbicara.. Anak-anak tegang.  Tak ada yang ingin melewatkan perkataan Pak Arya  sedikitpun.   Tiba-tiba….
“GEMPAAA !”Pak Arya berteriak panik. Tubuhnya goyang-goyang. Anak-anak kebingungan. Wajah mereka  tegang.
 “Jangan  panik, keluar kelas bergantian!” Bu  Ninda berteriak pula.  Tapi anak-anak  tak bisa tenang. Berlari ke pintu lalu berdesakan.  Tiyok pun demikian.   Tiyok berhasil keluar dari kelas. Tapi beberapa temannya masih berada di dalam kelas. Terdengar teriakan dari dalam kelas
“Awas  atap mau runtuh. Berlindung di bawah meja !” teriak Pak Arya. Anak-anak di dalam ruangan segera berlindung di bawah meja. Mereka melindungi kepala mereka dengan tas, sebagaimana yang diperintahkan oleh Pak Arya.
Sementara itu Tiyok makin jauh berlari meninggalkan kelas. Dia bersama Pak Haris dan  beberapa temannya.. “Perhatikan jalan. Hindari tanah merekah, jauhi tiang listrik dan gedung tinggi…, teriak Pak Haris parau.
Tiyok berlari kencang. Hatinya berdebar-debar. Namun mendadak ia ingat sesuatu.
“Jaketku jaketku,  Pak,” teriak Tiyok panik. Ia balik kanan untuk kembali ke kelas.
“Tidak boleh kembali  ke sana. Berbahaya ! Keselamatan jauh lebih penting dari sebuah jaket !” tahan Pak Haris
Tiyok menangis.  Ia bergabung dengan teman-temannya di lapangan sekolah sambil mengaduh,… Jaketku…jaketku ! Tapi…hey, ada apa ini ? Tiyok heran.  Semua anak memandangnya geli.
 Sedetik kemudian, “Hua..ha…ha !” anak-anak menertawakan Tiyok.
“Tiyok…ini kan cuma latihan gempaaa…!” seru Wily mengagetkan Tiyok. Wajah Tiyok merah padam. 

Anak-anak berkumpul di lapangan. Pak Arya dan Pak Haris berada di antara guru dan kepala sekolah.
“Anak-anak, Bapak puas dengan kegiatan kita kali ini. Negeri kita berada di kawasan rawan gempa. Kita tak boleh menjadi takut karenanya. Kita hanya perlu waspada, dan sering melakukan kegiatan simulasi gempa seperti ini, ” kata kepala sekolah. Kepala sekolah lalu berterima kasih kepada Pak Arya dan Pak Haris.. Mereka adalah petugas dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Kehadiran mereka di sekolah Tiyok adalah untuk melatih anak-anak menghadapi gempa.
Sebelum acara berakhir petugas BMKG itu mengingatkan kembali beberapa tip menghadapi gempa. Antara lain : hindari tempat beratap. Sebisa mungkin keluar dari gedung. Jangan kembali untuk mengambil tas atau lainnya. Bila tak sempat keluar, berlindung di bawah meja, atau merunduk di samping dinding. Jika di berada di luar perhatikan langkah kaki. Hindari rekahan tanah, tiang listrik dan gedung tinggi.
Anak-anak kembali ke kelas. Tiyok jadi bahan ledekan karena ulahnya tadi. Tiyok malu sekali. Yah, mau bagaimana lagi. Simulasi gempa tadi menegangkan sekali. Tiyok sampai lupa kalau itu cuma latihan. @@@